Subsidi Atau Solusi Islam?

Juni 29, 2008 § Tinggalkan komentar

Perihal subsidi

Permasalahan subsidi ini bisa masuk ke pembahasan mekanisme distribusi. Secara normatif Islam memperbolehkan subsidi bahkan pada kondisi tertentu mewajibkan subsidi1.

Pada kasus BBM ini, dalam keadaan normal, kalo pemerintahnya kaya boleh saja mensubsidi ongkos produksi BBM sehingga BBM jadi gratis. Subsidi ini jadi wajib tatkala terjadi ketimpangan ekonomi di masyarakat. Kebolehan subsidi pemerintah ini sebenarnya didasarkan pada pemerintah boleh memberikan kekayaannya (yang termasuk kepemilikan negara) pada rakyatnya.

Nah, dalam kasus saat ini pemerintah tampaknya wajib memberikan subsidi walau mungkin perlu dilihat keefektivitasannya, di sektor mana pemerintah perlu memberi subisdi.

Mempertanyakan akar masalah kenaikan harga BBM

rgumentasi bahwa kenaikan harga minyak dunia sangat mempengaruhi APBN, sehingga “subsidi” perlu dicabut patut kita pertanyakan. Berbagai analisis telah berkembang, baik yang pro dan yang kontra, dengan asumsinya masing2. Bahkan ada yang menyatakan bahwa kenaikan harga BBM ternyata tidak begitu berpengaruh terhadap apbn saat ini. Intinya perhitungan apbn ini patut dipertanyakan.

Keberadaan subsidi pun perlu kita pertanyakan juga. Benarkah saat ini pemerintah mensubsidi BBM? Bukankah minyak yang ada di indonesia ini gratis dan hanya perlu bayar untuk ongkos produksinya saja? Bagian mana sih yang sebenarnya disubsidi pemerintah?

Ketidakterbukaan bagaimana perhitungan kenaikan harga BBM terhadap apbn ini menimbulkan pertanyaan lain, mungkinkah ada alasan lain pemerintah menaikkan harga BBM?2 nampaknya kita perlu memperhatikan pernyataan menteri esdm purnomo yusgiantoro berikut, ”liberalisasi sektor hilir migas membuka kesempatan bagi pemain asing untuk berpartisipasi dalam bisnis eceran migas. Namun, liberalisasi ini berdampak mendongkrak harga BBM yang disubsidi pemerintah. Sebab, kalau harga BBM masih rendah karena disubsidi, pemain asing enggan masuk.” (kompas, 14/5/03). Memang bila pemerintah ingin agar pemain asing turut bermain di sektor hilir mau tidak mau harga minyak di indonesia harus sama dengan minyak di pasaran dunia.

Jangan lupa juga dengan satu nota kesepakatan (letter of intent) antara indonesia dengan imf untuk mengurangi secara bertahap—bahkan menghapus sama sekali—subsidi di bidang energi, sehingga memang kenaikan harga BBM sudah dilakukan sejak masa presiden megawati. Memang pada akhirnya kita dapat melihat pencabutan subsidi memang sangat kental dengan nuansa kapitalisme- neoliberal.

Bahkan kenyataan sebenarnya, dunia saat ini ternyata tidak defisit minyak. Kenaikkan harga minyak justru lebih banyak merupakan ulah para spekulan. Para analisis meramalkan dalam enam bulan yang akan datang harga minyak mentah dapat mencapai 200 dolar per barel sedangkan dalam satu tahun ke depan harganya diperkirakan di atas 300 dolar as per barel. Lihat saja harga minyak mentah dunia telah mencapai 128 dolar as per barel padahal pada akhir tahun lalu hanya 60 – 70 dolar as.3

Kembali ke pertanyaan pokok (subjudul) di atas, jadi apa benar BBM naik karena harga minyak dunia naik?

Solusi pragmatis, solusi paradigmatis

Ada solusi pragmatis4 dan solusi paradigmatis5 yang dicantumkan pada pernyataan hati tentang penolakan kenaikan harga BBM. (sebenarnya sudah saya jelaskan tapi kembali akan saya cantumkan pada artikel ini)

Semua solusi pragmatis yang kebanyakan disodorkan saat ini oleh kebanyakan penolak kenaikan harga BBM tentu saja boleh kita perdebatkan keefektivitasannya. Tapi bagi saya, solusi2 yang ada kebanyakan merupakan solusi yang pragmatis demi menutupi lubang2 yag diciptakan para kapitalis.

Solusi mensubsidi BBM, menurut saya, tetap perlu kita pertanyakan keefektifannya. Karena pada dasarnya yang penting adalah masyarakat mampu membeli BBM, bukan pada subsidinya. Bila dirasa subsidi BBM merupakan satu satunya jalan, maka subsidi perlu dilakukan dan begitu pula sebaliknya.

Solusi yang hati tawarkan justru ada di tiga poin berikutnya. Poin pertama pernyataan hati disampaikan hanya untuk memperlihatkan bahwa pemerintah, yang pernah menyatakan bahwa menaikkan BBM adalah pilihan terakhir, tidak memilih solusi yang lain yang dapat menyelamatkan rakyatnya dari efek bola salju kenaikan harga BBM.

Tiga poin berikutnya adalah solusi paradigmatis, walau memang terlihat masih belum praktis, yang bisa hati tawarkan. Solusi paradigmatis ini nantinya terkait dengan bagaimana pengelolaan kekayaan alam termasuk BBM dalam pandangan Islam.

Saya pikir dengan pemerintah mengelola sendiri kekayaan alam bangsa ini secara Islam, karut marut yang terjadi saat ini tidak akan terjadi. Kita tidak akan kekurangan BBM karena kita tidak perlu membagi BBM dan membayar cost recovery yang sangat mahal ke tangan asing. Dan kalaupun suatu ketika kita kekurangan BBM, kita tidak akan begitu direpotkan karena kekayaan alam lainya tetap kita yang kelola. Sehingga kekurangan BBM yang secara ilmu ekonomi akan menaikkan harga BBM tidak akan menjadi faktor yang signifikan terhadap kondisi ekonomi umat.

Jadi penolakan kenaikan harga BBM, bukan pencabutan subsidi, menurut saya tetap relevan bila kita menawarkan Islam sebagai solusi permasalahan yang ada.

Satu teriakan terakhir kita,
“Tolak kenaikan harga BBM, terapkan sistem Islam. Allahu akbar!!!”[]

1 http://khilafah1924 .org/index. Php?option= com_content&task=view&id=489&itemid=47

2 politisi itu harus banyak nanya dan banyak nyari jawaban.

3 http://jurnal- ekonomi.org/ 2008/05/19/ menaikan- harga-BBM- kebijakan- zalim-dan- irasional- pemerintahan- sby-jk/

4 1) penghematan belanja negara, semisal untuk kantor kepresidenan, dpr, kementrian, dsb. (2) penjadwalan kembali pengangsuran pembayaran utang. Bahkan, bunga utang (riba) — yang memiliki porsi cukup besar — tidaklah harus (baca: tidak perlu) dibayar. (3) pengembalian dana blbi dari sejumlah konglomerat hitam, yang besarnya mencapai ratusan triliun rupiah. (4) pemanfaatan sumber daya alam seoptimal mungkin untuk kepentingan rakyat, guna memenuhi kewajiban pemerintah sebagai pengurus rakyatnya.

5 1) menolak cara-cara kapitalistik dalam pengaturan ekonomi indonesia. Sistem kapitalisme yang telah lama menjadi dasar keberlangsungan negara ini telah terbukti tidak dapat menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak. Walau terlihat pembangunan yang maju dari waktu ke waktu, namun sesungguhnya mereka yang kaya tambah kaya, dan mereka yang miskin tetap menderita dan makin sulit menjalani hidupnya. (2) untuk menggantikan sistem ekonomi kapitalisme yang telah terlihat kebobrokannya, kami menyeru kepada teman-teman mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk mengganti sistem yang ada dengan sistem ekonomi yang adil, yaitu sistem ekonomi Islam, yang berlandaskan syariah dan dikelola secara mandiri. Jika sosialisme telah gagal — kapitalisme pun demikian — mau memilih apa lagi kita selain menerapkan sistem Islam? (3) mengingatkan bahwasannya permasalahan tatanan kehidupan yang serba terhimpit oleh krisis ini tidak akan terselesaikan kecuali dengan menerapkan sistem Islam — yang berlandaskan syariah — secara menyeluruh (kaaffah), yang telah terbukti membawa kemapanan dan kesejahteraan selama berabad-abad lamanya.

Tinggalkan komentar

What’s this?

You are currently reading Subsidi Atau Solusi Islam? at إرفان حبيبي.

meta